Baru saya sadari tadi sore bahwa ada suatu fakta kecil yang menggelitik hati. Sebuah kenyataan yang sebenarnya nyata, diketahui, tapi belum banyak yang sadar tentang makna di dalamnya.
Tadi pagi saya sempat menguping pembicaraan antara anak dan seorang Bapak. Anak tersebut prestasi di sekolahnya bisa dikatakan biasa-biasa saja. Dan saat ini si anak sudah kelas 3 SMP. Bisa dikatakan si Anak cowok ini akan menghadapi ujian akhir yang sering menjadi momok bagi sejarah dunia pendidikan. Ini adalah kutipan pesan sang Bapak buat si anak :
“Sebenarnya kegiatan les tambahan di lembaga bimbel itu bisa dikatakan tidak terlalu diperlukan. Mendingan kamu belajar saja di rumah. Asal sudah mendengarkan pelajaran guru dan belajar di rumah, Bapak yakin kamu pasti bisa melewati Ujian akhir dengan lancar.”
Dari kutipan pernyataan diatas bisa dikatakan bahwa sang Bapak berharap si Anak bisa memanfaatkan pelajaran di sekolah dengan baik. Kemudian tidak lupa belajar di rumah. Walaupun tidak semua orang tua berpikir les tambahan tidak perlu.
Sore harinya lagi saya kembali menguping di depan rumah mereka. Sang Bapak kembali berbicara dengan anak cewek yang baru kelas 1 SMP. Anak ini dikatakan prestasinya baik saat SD kemarin. Dan berikut pesan Ayah kepada anak ceweknya ini :
“Sebenarnya ikutan les di bimbel itu penting. Terutama untuk meningkatkan prestasi belajar.”
Dari isi percakapan di atas bisa dikatakan bahwa bimbel itu sangat penting buat si anak cewek ini. Terutama untuk meningkatkan prestasi belajar.
Sekarang yang jadi pertanyaan kenapa keduanya dibedakan? Si cowok tidak perlu mengikuti les tapi si cewek itu perlu dan terkesan wajib. Padahal kalau dipikir secara masak yang lebih penting untuk les adalah sang anak cowok, mengapa lebih perlu?
- Karena akan memasuki ujian akhir, sedangkan sewek masih kelas 1 dan perjalanan di SMP masih panjang.
- Prestasi belajar yang biasa saja perlu ditingkatan, berbeda dengan adik yang punya prestasi lebih baik. Apalagi masih kelas 1 pelajarannya masih ringan
Apakah alasan mereka dibedakan karena
- Si kakak itu cowok dan adik cewek. Tidak bisa diterima karena setiap gender punya hak yang sama
- Si cowok lebih tua dari si cewek. Tidak bisa diterima karena seharusnya cowok dipersiapkan lebih matang lagi sebelum berhadapan dengan kehidupan yang sebenarnya.
- Apakah karena prestasi?
Tidak dapat dipungkiri karena prestasilah setiap orang dihargai. Bahkan prestasi juga berpengaruh besar pada kedudukan dan jabatan seseorang. Dengan tingginya prestasi maka dimungkinkan seseorang untuk meningkatkan karir. Misal saja training dan penataran bagi pekerja yang berpresatasi. Beasiswa keluar negeri dan semacamnya.
Sebagian banyak berpikir investasi harus diberikan kepada mereka yang berprestasi untuk mencapai taraf yang lebih tinggi. Agar investasi itu tidak berjalan dengan sia-sia. Selain itu, jumlah yang pintar jauh lebih sedikit. Sehingga dengan pemanfaatan sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas dapat berlanjut ke jenjang yang lebih baik. Apalagi itu bisa menjadi sebuah penghargaan atas usaha mereka meraih prestasi.
Itulah mungkin yang menjadi pertimbangan si Ayah. Tapi kalau kita bersikap seperti itu maka keseimbangan denan komposisi yang lebih tinggi tidak bisa dicapai. Bisa dikatakan :
Yang kuat menguasai, yang lemah terasingi
Yang kaya ilmu semakin kaya, yang miskin semakin miskin
Kalimat itu merupakan sebuah sindiran yang saya tujukan buat yang lebih kuat, pengatur, dan mereka yang tidak mau berusaha meraih apa itu prestasi. Dalam hati saya terus berpikir bahwa tida ada prestasi yang dapat diraih tanpa kucuran darah.
Namun, tanpa usaha kita untuk memfasilitasi mereka yang tidak berprestasi maka tidak akan terwujud sebuah perbaikan mutu SDM. Salah satunya adalah mendaftarkan si anak buat ikutan bimbel. Agar diharapkan si Anak bisa tambah pintar. Terlebih lagi penyampaian ilmu di bimbel lebih fleksibel, informati, atraktif dan menyenangkan. Sehingga ilmu bisa diserap dengan lebih baik. Namun, semuanya tetap kembali kepada kesadaran masing-masing. Apakah mau terus memperkuat yangpintar dan meninggalkan yang lemah? Atau memberikan keseimbangan di antara keduanya.
intinya, sekolah berbayar dan resmi bukan segalanya buat masalah ilmu, banyak hal bia menimba ilmu..kayak anaknya Ki Gendeng Pamungkas..hehehe...mau matematika atau apa aja tinggal kursusin, atau panggil guru private...ijazah mah nomer kesekian buat urusan hidup dan rejeki kan mas Ayub...buktinya mas Ayub dari pijat aja bisa sukses...kwkwkwkkwkww...lele
BalasHapushahag...iya juga ya mas, seharusnya tadi saya tambahkan. makasih sudah ada tambahan ilmunya. emang sepertinya tidak selalu lewat yang resmi untuk mencari ilmu.
BalasHapushahag...saya malah berpikir sekolah cuma buat dapat ijazah mas. soalnya kalau tidak ada ijazah bingung juga mau nerusin kemana. apalagi nanti kredibilitas sebagai tukang pijetnya berkurang...wakakaka...Alhamdulillah pasien banyak...lele...
makanya karena idiom gendeng pamungkas tadi kuliah ku amblas..ga kelar sepanjang masa....hihuhiuh...tapi kan bisa nyari duit halal tetep..walo bukan kaya...kwkwkwkkwkkwkkw..lele
BalasHapushahahag...pasti emang dasarnya mas Adit nggak niat kuliah tuh...wakakaka...
BalasHapusbetul, tujuan hidup itu buat bekerja terus dapat duit buat beraktivitas lainnya...hehe...
Setuju sama kontar pertamax dari mas Belantara...
BalasHapussekolah berbayar atau resmi bukan segalany, krn nyari ilmu bisa dari mana saja, mau pintar sesuatu bisa otodidak atau mau berinvestasi bisa ambil kursus...yg penting fokus dgn bidangnya Insya Allah berhasil, spt si Bill dan mark zurberk, fokus dgn IT...
klo ikut kuliah, terlalu banyak mata kuliah yg harus di kuasai tp akhirnya setengah2 ilmunya, mnurut saya pribadi bagus kursus singkat padat tepat dgn bidangnya, Insya Allah ilmunya juga dikuasai...
btw, pertamax ni maen kesini, boleh tukeran Follow mas?..hehehe sy dollof duluan y
BalasHapusSebenarnya banyak hal yang bisa mempengaruhi soal pendidikan dan prestasi, mulai dari ekonomi sampai jabatan. tapi, kita harus bisa membuat semuanya seimbang. seperti pakaian seragam di sekolah, walau anak pemulung atau anak presiden, tetap harus memakai pakaian yang sama. agar tidak ada yang namanya perbedaan.
BalasHapusKalau kita mencari SDM dari orang-orang yang pintar saja, maka seperti kata mas Ayub. jumlahnya sedikit. jadi, kita tidak boleh hanya memberikan kesempatan pada yang pintar.
Justru yang menengah dan bodohlah yang harus semakin di dorong agar bisa memperbaiki prestasinya. inilah investasi yang sebenarnya.
Arie Only
BalasHapusea begitulah mas, pada kenyataannya kreativitas memegang peranan penting terhadap kemampuan seseorang. seperti halnya kalau kita sudah ikutan kursus yang materinya bisa spesifik..hehe...jadi kemampuan bisa dikeluarkan secara maksimal.
owh..ea mas, gampang nanti saya mampir. terima kasih.
Mas Dearryk
wah...memang sejatinya semua itu berpengaruh mas. tidak bisa dipungkiri di mana pun fasilitas dan emblem seperti itulah yang menentukan ke depannya. tapi ya semua juga tergantung kesadran dan kemauan seseorang juga sih...hehe...
kalau ngomongin kesetaraan menurut saya amat berat tuh mas. saat ini egoisme cukup tinggi. keinginan untuk berbagi tidak merata pada setiap orang. bisa juga pada pilih-pilih.
nah...seharusnya ini juga jadi pertimbangan juga. bagaimana pun kalau ingin adanya kesetaraan ya harus merata. tapi itu juga cukup berat mengingat jumlahnya yang banyak. selain itu kesadran juga jadi bahan pokok buat menentukan hal ini.
Wah klo kaya gtu namanya terlalu pilih kasih si Bapak hhe... soalnya klo aku pribadi mikirnya mau yg cowo atau yg cewe seharusnya diperlakukan sama donk kan intinya gak ada yg pinter dan gak ada yg bodoh atau lebih tepatnya tergantung kemauan...
BalasHapusDan aku setuju tuh Sob... klo pendidikan itu emank penting dan juga akan sangat membantu dalam karir atau jenjang yg selanjutnya....
Wah akupun kadang gak berpikir sampai disana Sob...hhe... emank cerdas sobat ini hhe..
oiya makasih buat komenty yg kmaren Sob.. aku kira sobat masih libur blogging ternyata udah blogging hhe.... Tetep semangat n happy blogging.....
hahag...bener sekali mas, memang seperti itulah seharusnya mas kesimpulan yang perlu diambil. sebaiknya tetap adil lah, biar keseimbangan tetap bisa sedikit demi sedikit bisa dicapai.
BalasHapusea mas, sebenarnya sertifikatnya mas,,,hahahag...kalau pelajarannya tetep dipakai buat nembusin sertifikat kita...wakaka...
*wah...sama-sama mas, memang sepertinya harus disampein begitu biar suasana tambah kondusif. masak jadi anonim pilih-pilih...hahahag...
ea mas, kemari-kemarin males BW jadinya tangkring di rumah saja. happy blogging juga mas.
sepertinya terjadi diskriminasi nih antara si kakak yang "biasa-biasa" saja dengan si adik yang "pintar", padahal kalau menurut saya justru si kakak lah yang perlu mendapatkan pengajaran yang lebih mengingat bahwa dia-lah yang "biasa-biasa saja"..,
BalasHapusdan yang perlu di ingat sama bapak tersebut, tidak selamanya orang yang pintar di bangku sekolah itu bisa lebih berhasil dibanding dengan yang "biasa-biasa saja", banya contoh kejadian di dunia ini, dimana org yang "biasa-biasa saja" justru menjadi orang yang berhasil.
Oh iya.. kayaknya perlu menjadi pelajaran juga buat si Bapak, kalau ternyata keberhasilan dari kakak-beradik itu biasanya (entah ini kebetulan atau tidak), bergantung pada keberhasilan dari kakak yang pertama, dan ini yang saya lihat terjadi di beberapa keluarga.
jadi kalau bapak tadi ingin anak-anaknya berhasil, ada baiknya dalam memberikan pendidikan kepada anak itu tidak pilih-pilih, semuanya harus diberikan yang terbaik, mau anaknya pintar ataupun ""biasa-biasa saja" ! :D
uhm...
BalasHapusmungkin ada latar belakang lain dari persoalan itu?
Awaluddin Jamal
BalasHapuswah...betul itu mas, sepertinya ada diskriminasi yang menimpa si kakak. sebenarnya sedikit perbedaan sih perlakuan antara si kakak dan adik. hahag,,,untuk bilangan keberhasilan itu juga ditentukan dari berbagai faktor. mulai dari prestasi, keterampilan, semangad, usaha, dan doa.
wah...ya memang anak Pertama itu menjadi contoh buat yang lain. tapi ada juga yang tidak menuruti dan memilih dengan cara yang lain. dan memang seharusnya seperti itu, kalau b
isa ada kesetaraan diantara keduanya...hehe...
Secangkir Teh dan Sekerat Roti
ya mungkin persoalan yang bersifat privasi sehingga belum sempat dicari.
trus solusinya gimana mas Ayub ?
BalasHapussolusi dari saya sudah tersirat dalam tulisan. pada bagian tengah ke akhir. kalau saya inginnya tetap ada keseimbangan antara si kakak dan si adik. tapi semua juga tergantung kesadaran masing-masing.
BalasHapusTidak begitu benar jika dikatakan semua itu tergantung kesadaran masing2 tanpa ada yang menyadarkannya, ... hemm mungkin tulisan inilah bentuk penyadaran tentang arti pendidikan untuk semua orang yang ingin disadarkan ...
BalasHapussolusinya tidak pada bagian tengah ke akhir mas Ayub, tetapi keseluruhan isi dari tulisan mas Ayub inilah solusinya :) ... postingan yang keren :) ... mantab !
wakaka...mas Andry tahu juga nich. sebenarnya mau bikin biar tersurat begitu mas, kalau sebenarnya ini tulisan untuk mengajukan keluhan. tapi memancing ketertarikan pengunjun memang jadi pilihan saya. jadi saya pilih ya sudah biarkan para pengnjung bereksplorasi dengan tanggapan masing-masing.
BalasHapuswah...saya saja terkadang menulis juga bingung maksudnya tulisan apa. mungkin penlaian mas Andry bener. itu tulisan cuma asal njeplak saja. semoga memang keren kayak yang punya blog...hahahag...