Kemarin malam saya sempat terkejut bukan kepalang mendapati sebuah komentar yang saya rasa sungguh sangat memuakkan! Bagaimana tidak, balasan komentar yang saya tulis dengan penuh hikmat ada kata kotornya! Sebagai seorang pemuda yang emosinya masih labil saya pun sempat emosi mendapati komentar tersebut. Saya berpikir, “Lagi mabuk kayaknya orang ini!”
Kejadiannya memang bukan di blog ini. Lokasinya mabuk muntahnya di sini. Saya sampai sekarang tidak habis pikir saya bisa dapat komentar doorprize seperti itu. Apa saya salah komentar? Tapi melihat dia naik pitam rasanya komentar saya tidak salah. Bahkan peluru saya mengena tepat sasaran.
Apa bahasa komentar saya kasar? Atau kurang sopan? Saya rasa pun tidak karena saya berkomentar sesuai koridor saya. Berusaha lugas dan mencoba mengena, ya bagaimanana lagi saya harus berkomentar. Daripada saya mikiran mau nulis komentar 1 jam, mendingan saya tulis komentar sesuai dengan apa yang saya rasa benar tetapi tetap sopan. Saya sudah tidak mau lagi menulis artikel dengan cara ramah lingkungan. Tapi kalau berkomentar tetap dengan akhlak. Soalnya saat itu kita bertamu, bukan cuap-cuap di rumah sendiri.
Siapa orangnya? Saya tidak mau kasih link ahh…enak-enakan…hehe… Silahkan ke TKP saja yang penasaran ingin menonton Lomba Debat nasional 2010. Tidak hanya saya dan admin di sana. Ada banyak teman lain yang ikutan jadi peserta. Mungkin di sana kita bisa sama-sama belajar. Belajar apa saja yang bisa kita tangkap lewat antena masing-masing. Masalahnya juga langsung dilhat di sana saja. Agar lebih hikmat menghayatinya (sudah saya kasih link Pak, jangan lupa uangnya ditrasnfer ya).
Bagaimana pun juga dalam kehidupan sehari-hari saya memang sering dapat “hadiah” yang sealiran dengan kata itu. Misalnya lagi ada masalah pergaulan, maklum masih muda…hahahag. Selain itu, yang melakukan juga teman-teman sebaya dan tidak mungkin orang tua melakukan itu. Kalau orang tua biasanya tetap santai. Kalaupun marah tapi tidak menghujat hina seperti itu. Saya belum tahu orang ini tua apa muda. Berjenis kelamin apa dan alamat facebooknya dimana. Yang jadi masalah menghinannya dalam bentuk tulisan. Tidak tahu pula bagaimana wujud penghinanya. Emosi langsung memuncak dan saya langsung berkomentar asal keluar kemarin.
Tapi setelah dibaca ulang ada sedikit yang mengganjal. Kalau saya tulis seperti itu sama saja saya seperti dia. Saya langsung bangun dan membuang komentar yang saya tulis tadi. Saya ganti dengan yang lebih baik. Menurut saya sepertinya memang begitu. Malah di komentar itu saya sempatkan curhat. Biar nampak bahwa saya tidak drop dan tetap tenang. Padahal lagi emosi itu…hahahag… Ea sudahlah, sudah terlanjur. Lebih baik saya buang saja dan mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Banyak pelajaran dariperistiwa berluka kemarin, walaupun sebenarnya yang digugatnya bukan saya. Tapi karena saya ikut nimbrung jadi ikut kena semprot. Berikut hikmah yang saya bisa petik dari pohon tersebut :
· Tidak semua orang bisa menerima artikel yang kita tulis. Tidak semua orang memiliki pendapat yang sama. Menurut dia, saya mungkin salah karena berusaha membela dan membenarkan pendapat saya. Tapi saya tidak bisa diam saja saat apa yang saya rasa benar disanggah. Saya punya pendapat dan dia juga punya pendapat. Sayahargai apa yang orang lain tulis walaupun saya tidak sependapat. Seperti yang saya tulis di artikel berjudul Gerakan Senam Kegilaan Jemari Yang Dilarang! (malah pasang link internal).
· Tidak semestinya kita berkomentar kotor! Boleh panas dan berdebat asalkan tetap dalam koridor yang baik. Otak tetap dingin dan segar. Masalahnya kita berkomentar, yang artinya kita bertamu ke rumah orang lain. Mungkin saya juga sering berkata kotor, tapi biasanya dalam postingan. Saya mungkin salah, tapi saya juga tidak mau mengalah…hahahg… Soalnya saya tidak mau menulis ramah tamah sekarang. Menulis sesuai kata hati tapi tetap jadi manusia. Yang sering kotor dan sedikit suci seperti saya.
· Tetap sabar dan tenang dalam blogging. Saat menulis ataupun berkomentar. Kalau dipikir mau marah juga bingung. Apa yang bisa kita lakukan dengan blogging selain marah-marah dalam bentuk tulisan? Malah nanti komentarnya jadi panjang dan bikin dosa. Kecuali bisa lihat orangnya, mungkin diperbolehkan adu jotos dalam arti sesungguhnya...hahag...Tapi saya akan tetap hormati yang lebih tua dan teman-teman semua. Soalnya saya anak baru di komplek blogging. Salam kenal.
· Saya akan selalu berusaha berpegang teguh dengan apa yang saya anggap benar. Tentu saja dengan pendapat yang tepat. Kalau pendapat saya tidak tepat ya saya bisa malu kalau terus mempertahankannya. Dan itu tindakan yang salah, segala kritik yang masuk akan saya terima tetapi tetap harus saya pertimbangkan dulu. Seperti yang saya tulis di sini. (lumayan nambah page view).
Belum tahu juga bagaimana kelanjutan lomba debatnya hari ini. Soalnya semenjak artikel ini diterbangkan dari Putrainspirasi International Airport saya belum sempat berwisata ke sana. Saya malah tambah semangad buat blogging! Sepertinya memang ini yang buat blogging jadi menyenangkan. Tapi kalau debatnya di sini tidak tahu juga bagaimana jadinya saya bila diberondong peluru seperti itu. Bisa-bisa bunuh diri. Tapi tidaklah, sekarang sudah terbiasa. Saya akan berusaha kuat mengahadapi semua dengan sabar. Dan rencana bikin skandal di dunia blogging makin terang dan hampir menuju puncak! Bikin “pose” pijit panas maksudnya...hahag...
Hahaha... Mantap mas Ayub. Full energi!
BalasHapusApalagi pada yang satu ini:
(lumayan nambah page view) hahahaha..... asli ngakak.
Yah, sptnya kita mmg tdk bisa mengelak. Diritik maupun mengkritik. Di blog sendiri maupun di blog lain. Hal itu harus dihadapi. Dan senjata utk itu menurut saya hanya satu: Argumentasi dan Kelenturan (boleh juga dg kekonyolan).
Dan balasan panjang yg mas Ayub tulis itu mesulit ia bantah. Kalau saja ia sportif. Tapi kalau tdk, ya... secanggih apapun alasan kita, utk seorang blogger pecundang mmg tdk ada artinya. Karena hati dan nalarnya nyaris sdh tertutup.
Dan saya juga ingin melanjutkan hikmah dari kejadian itu, spt yg mas Ayub tulis pd paragraf 8 sampai 11: Sptnya kita harus berhitung.
Utk postingan panas? Jml yg senang jauh lbh byk dari yg tdk senang. Jd rugi kita mempertimbangkan jml yg sedikit. Untuk komentar kita yg kritis? Ternyata juga byk yg senang dan mendukung dari pd yg asal labrak (spt perdebatan itu). Jadi rugi kita tdk jadi berkomentar kritis hy gara2 memikirkan sbgn kecil komentator. Sedangkan komentator lain rupanya malah senang. Hanya saja mereka blm berani mulai. Dan bgt mas Ayub mulai, ternyata yang lain juga tdk tahan tdk ikut.
Dan terakhir hikmah dari komentar panas?
Ya kita sama2 dpt inspirasi. Contohnya tulisan ini. Dan saya juga menulis "Nikmatnya Bertengkar dg Pengunjung". Semua itu terinspirasi dari "tragedi panas" itu
Jd rugi juga kita menghindar dari semua ini. Justru manfaatnya ternyata lbh byk dari hanya sekedar menulis manis dan berkomentar manis. Bahkan ada blogger yg justru sengaja memancing hal2 spt itu agar mereka tetap kaya inspirasi.
Jadi, teruslah maju mas Ayub. Blogernas di balakangmu!
berkunjung nih mas ..
BalasHapusijin nyimak dlu nih artikelnya . .
:)
wah wah..
BalasHapussaya udah ke TKP mas.., kayaknya perdebatannya lebih seru dari debat presiden.., padahal kalau yang saya baca dari postingannya mas Erianto Anas, tidak ada yg salah.., malah rasanya--menurut saya--itu hanya sekedar joke, mana ada org yg secara terang2an mau "mengaku" sebagai master (kalau bukan untuk bercanda) *ini sih penilaian saya saja*,
semoga tetap bisa jaga emosi yah mas..,
saya paling suka sama2 kata2nya di artikel di atas :
"Saya sudah tidak mau lagi menulis artikel dengan cara ramah lingkungan. Tapi kalau berkomentar tetap dengan akhlak. Soalnya saat itu kita bertamu, bukan cuap-cuap di rumah sendiri."
Semangat selalu mas..,
Pak Anas
BalasHapushahag...memang seperti itu yang saya harapkan. hari ini saja page viewnya sudah 73, padahal saya baru buka blog terakhir tadi sebelum jalan-jalan 40an...hahag...
ea betul Pak, saya sudah banyak belajar dari Bapak. dan saya rasa itu memang kebutuhan yang sangat tepat. seperti yang pernah dibilang bahwa kita blogging bukan cuma buat senang-senang tapi ada tujuan terselubung yang lain...hehe...itu kalimat saya denk dan sepertinya Bapak sudah tahu apa tujuan terselubung itu.
saya harap demikian Pak. saya coba untuk berkomentar yang bijak saja, tetap stabil antara emosi dan edukasi. Bapak juga nampaknya tetap tenang menghadapinya. salut Pak, sudah banyak yang mengkritik Bapak tapi tetap tenang. dan selalu konsisten. kalau saya sendiri ditambah komentar di blogernas kemarin berarti sudah ada 4 penembak, jadi cukup belajar tenanglah Pak. dan tidak drop lagi...hehe...semoga selalu begini (malah nyombong).
berhitung gimana Pak? untung dan rugi? maaf kurang paham ini Pak...hehe...
hahag...saya lihat memang banyak yang suka postingan panas. buktinya ketika tamu hilang pasti ada saja yang masuk lagi ke dalam...hehe...saya kira juga berdampak positif. mungkin nanti ada sejarah blogging yang patut dikenang nanti blogger yang menulis dengan hati nurani bukan caci dan maki...hahag...Pak Anas masuk tengah menulis untuk hati tapi dengan memaki, tapi saya akui sehat dan mengundang senyum.
kalau kritis memang saya rasa sudah perlu dikembang biaakkan lagi. jujur bebrapa hari lalu saya pernah nyasar berkunjung ke blog yang komentarnya kritis semua, bahkan yang bukan blogger juga tidak nimbrung. tapi sayang tidak aktif lagi, soalnya terakhir update 2008. tapi sampai 2010 apa ea masih ada yang berkomentar itu Pak. luar biasa, berarti dulunya blogger itu tidak koment kentut tapi banyak blogger baru seperti saya yang membudayaakannya.
hahag...saya akan ikut lagi itu Pak. saya rasa banyak pelajaran dan inspirasi yang bermunculan gara-gara komentar seperti itu. terima kasih Pak, selal mendukung. dan tentu saja tentara nasional putrainspirasi juga siap dikirim untuk mengatasi konflik berkepanjangan...hehe...
Mas Atha
silahkan mas, lihat-lihat dulu. sudah lama nggak kelihatan...hehe...
Mas Awaluddin
wah...sudah ke sana ea mas, dapat tambhan transfer saya...hehe...
hahag...betul mas tangkapan ceritanya. memang sebenarnya itu untuk bercanda dan mnyegerkan. tapi ada pelajaran di dalamnya yang bisa diambil. dan itu juga menyindir mereka yang menyebut diri mereka sendiri master. tapi saya sendiri lebih menyukai menyebut Pak Anas Rebellion.hehe...
Amin, percuma juga mau emosi. soalnya cuma bentuk tulisan. mending emosi dalam tulisan saja...hehe...
hahag...ea memang begitu sekarang kenyataannya mas. memang kalau namanya mau berkomentar ada kesopanan yang dijaga. kalau posting biar panas atau menggugat nggak apa-apalah, saya rasa memang menyenangkan yang demikian...hehe...
semangat selalu juga mas.
Dari kejadian diatas, ambil aja hikmahnya sob,,
BalasHapusDr situ kita mendapat pengalaman yg sangat ebrharga & bs belajar lagi,
Salam blogger!
ea mas...enaknya emang saya ambil hikmahnya saja. dan semoga saja kita bisa belajar banyak dari tulisan seperti itu.
BalasHapussalam blogger juga.
Sabar ya Mas Ayub... jadi kena batunya, tapi semua ada hikmahnya, marilah kita tetap berkomentar dengan pikiran dan hati, gak usah pake emosi, sekarang kan udah ketahuan ntu orang belum berani muncul lagi.. tidak jelas ujung pangkal dan arah komentarnya..
BalasHapusyes...buang aja tu beol kemukanya mas....tapi jgn sambil mikitin lho...ckakakkaka..
BalasHapusKeterangan dari berhitung itu ya paragraf di bawah kalimat itu mas Ayub. Contohnya bgn:
BalasHapusMisalnya kita mau posting tulisan panas.
Taroklah yang mgk setuju 99.
Yang akan mengkritik cuma 1.
Nah, kan rugi kalau kita tdk jadi menerbikannya hanya gara-gara mempertimbangkan yang 1.
Mendingan kita kejar yg 99 dan mengabaikan yg 1.
Itulah yg membuat saya getol terus meluncurkan postingan yang panas lagi membakar hahaha..!
lama - lama disini nanti artikelnya mesti kayak Blogernas...hahahahhaaaa..kalo ga judul dan artikel keras dan menohok ya artikel mengupas pijat memijat......ckikikkian..
BalasHapusBu Triz
BalasHapuswah...terima kasih Bu. saya selalu tenang sekarang. ea walaupun agak jengkel juga...hehe...ea saya sebenarnya juga berharap di muncul kembali. sehingga perbincangan hangat kita bisa berlanjut lebih dalam.
Mas Adit
hahag...ea nanti saya buang. ea nggak dapat bonus pijit donk mas. eansk-enakan...hehe...
sepertinya belum bisa itu mas Adit. masih sulit untuk mengikuti Pak Anas. terlalu tajam teorinya...hahag...
Pak Anas
owh...hitung-hitungan pengunjung. saya rasa yang suka postingan panas memang lebih banyak...hahag...dan saya rasa kegetolan Bapak karena kegatalan tangan dan pikiran Bapak juga yang sukanya main sikut dan sudul...hehe...semakin banyak yang disikut maka semakin banyak yang panas.
Saya udah ke TKP gan, seru tapi komentar "panas"nya cuma satu...
BalasHapusKomentar-komentar demikian pasti sering terjadi. di blog saya pun beberapa kali selalu disuguhi komentar-komentar panas, ya saya tanggapi juga dengan panas , namun panas plus sexy-nya juga. Hehehe.
Saya senang kalau mendapat komentar panas, karena dg begitu memperlihatkan bahwa si komentator itu kritis, tapi saya kadang menjadi malas kalau sudah keluar bahasa-bahasa binatang yg menghiasi komentar-komentar panas tsb. Ya itu menandakan si komentator tdk intelek, saya kan intelek masa debat ama yg ga intelek, wkwkwkwkwkwkwk
hahag...ea mas, kalau mau yang panas linknya ada di artikel Blogernas Itu Sesat. di sana banyak yang panas.
BalasHapusbetul mas, itu juga sebagai bahan pembelajaran khususnya saya yang baru bikin blog 3 bulan. hahag...jangan-jangan kontennya mas panas juga nich...hahaag...
betul, apalagi kalau perang komentar. mantap! tapi kalau kayak saya masih pemula ya langsung mampus di tempat...hahag... ea kalau keluar bahasa binatang tinggl kirim email mas. cari tempat yang enak,hahahg...ea kelihtan komentar ini intelek banget, kapan-kapan artikel saya dikritisi ea mas. biar tambah pinter...hahag...