Saat ini bisa saya rasakan sebuah gejolak yang keras dalam bathin.
Apa itu?
Hanya sebuah unek-unek yang mengganjal.
Kenapa hal itu bisa ada.?
Sedikit jawaban karena saya berusaha menghujat seorang teladan saya.
Teladan?
Guru dalam blogging.
Hemm…coba cerita.
Males ahh…saya sendiri tidak kuat membukanya. Padahal saya sendiri yang membuat dan memulainya. Setiap saya ingin membalas komentar saya langsung scroll kebawah secepat kilat.
Waw…bicara apa cinta itu? Kenapa bisa menulis begitu?
Hemm…baca sendiri saja. Saya tidak kuat bercerita.
Kenapa cinta beralasan menulis seperti itu?
Alasannya ada di dalam artikel itu.
Walah…kasar juga ya. Tapi kan dia guru cinta, apa mau memutus tali itu?
Dia selalu jadi guru. Tapi untuk ini ada hal yang mengganjal. Antara gejolak bathin menghujat dan menghormati. Saya tidak setuju dengan cara blogging itu.
Bukanya banyak pelajaran yang sudah diambil?
Jangan tanya, sudah sering saya ambil berbagai pelajaran. Dan sudah puluhan juta kali kepala saya dibenturkan untuk disadarkan. Saya juga sudah mencerna isi artikel ini. Tapi untuk yang satu ini saya harus menampik.
Waw…kenapa cinta membelot begitu?
Soalnya saya tidak sependapat dengan masalah yang tadi cinta baca. Saya memberikan penilain berdasarkan koridor blogging saya. Saya rasa beliau bisa memahami.
Hemm…sepertinya lagi pada marahan ya?
Tidak, saya rasa tidak ada yang marah. Malahan beberapa orang saja yang tidak menangkap komunikasi kami. Saya yakin artikel yang tadi beliau baca. Tapi beliau tidak menaggapi dengan emosi.
Kenapa mereka bisa beranggapan begitu?
Tidak tahu. Dengar ya, sebagian dari mereka membaca artikel tadi tidak dengan tenang. Tidak tahukah mereka yang saya kritisi hanya 2 cara tadi. Tidak ada sangkut pautnya dengan isi konten itu. Atau bisa dibilang tidak ada sangahan saya tentang Al Quran yang dibakar. Kenapa mereka masuk-masuk bilang, “Seharusnya Anda membaca dengan tersirat. Jangan baca judul! Ada makna di dalamnya bahwa Alquran itu…blablabla....” Makna sama dengan isi.
Sekarang saya balik! Bacalah artikel saya tadi secara tersirat. Apakah saya membantah semua artikel Blogernas dari sisi konten itu? Saya hanya membahas dengan sisi blogging. Saya tidak setuju dengan tema dan caranya menulis judul. Saya tidak punya daya menghakimi artikel itu dengan sisi Agama. Tapi kenapa mereka menghakimi seakan-akan saya menyanggah artikel itu dalam sisi iman dan takwa?
Cinta tidak takut kehilangan teman ya?
Coba diiris kata ini, “Musuh terkadang bisa menjadi seorang teman berharga nantinya.”
Kenapa bisa berkata seperti itu?
Karena ada masukan dan sikap bertentangan. Namanya juga perbedaan. Dan saya harus mengingatkan agar nantinya bisa semakin dekat karena selalu mengkritisi. Begitu juga saya juga harus diingatkan jika salah. Walaupun nyatanya tidak semua seperti itu.
Tapi bukankah kata-katamu kasar cinta, untung saja kamu tidak pernah mengumpat seperti ini ke aku.
Mau?
Ya tidak maulah. Tapi apa tidak bisa lebih halus?
Saya kira ini sepadan dengan kapasitas beliau, bahkan masih belum apa-apa. Ini sebuah pesan yang mendalam dari seorang murid buat guru. Dan saya memang harus belajar untuk siap digilas.
Tapi nanti beliau marah?
Tidak. Lihat saja postingan terakhir beliau. Malah saya yang merasa bodoh sendiri. Saya menulis ini dengan menghujat dan menohok. Tapi saya rasa beliau kuat dengan tulisan ini. Dia begitu santai dan tenang menulis artikel terakhirnya. Dan begitu tenang menanggapi setiap komentar yang ada. Tidak lihatkah tadi di sana banyak hujatan yang lebih hina dari ini?
Banyak sekali…tidak habis pikir kenapa bisa tahan?
Itulah beda saya dan beliau. Saya masih penuh emosi dan kanak-kanak. Beliau emosi cerdas dan tidak banyak marah-marah, kelihatan dewasa.
Sudah tahu konsekuensinya cinta? Nanti kamu banyak yang memusuhi.
Hemm…kayaknya sudah dijawab. Saya tahu juga konsekuensinya. Saya hanya bisa bilang ya sudah, ini bentuk pembelajaran mentalitas. Saya kira teman sejati tidak meninggalkan kita saat sedang susah dan senang. Kalaupun banyak musuh ya sudah. Bagi saya ketakutan bukan sebuah perubahan. Bagi saya memuji hanya yang perlu kalau tidak setuju ya harus berani.
Tidak mau berdamai?
Hemm…ada terbesit kata itu di otak. Tapi saya masih menunggu sebuah jawaban.
Jawaban?
Ya sebuah jawaban.
Sampai kapan begini?
Sampai nanti. Ada sebuah jawaban yang dinanti. Uwda ahh…mau bubu dulu, ngantuk.
Jangan bobo di sini, ini kan rumahku!
Owh iya…aku pulang dulu ya.
Awalnya saya kurang mengerti, tapi mulai ke tengah, saya mulai mengerti dan akhirnya paham. tapi, bagian akhirnya sungguh membuat saya tertawa... hahahaha......
BalasHapusSaya juga mulai tidak suka berkunjung ke blogernas. karena judulnya mulai jauh dari deskripsinya, tapi isinya tetap saja cerdas. entah apa saya akan betah disana.
Sahabat sejati pasti selalu ada, mas.
hahag...
BalasHapussaya memang ingin memusingkan pembaca dulu mas, baru kemudian saya giring mencari maksud. tapi artikel ini saya tulis karena saya sendiri bimbang mas. apakah saya salah, tapi saya menilai dari sisi blogging. mungkin juga saya benar, tapi konten saya tidak berciri seorang murid.
saya mengerti perasaan mas Dearryk. terlebih lagi artikelnya berbau Islami dan mas Arry itu Hindu. kalau betah tidak betah ea harus diikuti dulu..hehe...
ea mas, blog ini saja sahabat sejati saya. tapi saya rasa semua akan baik-baik lagi.
Pembaca dimiripkan seperti bebek, mas. harus digiring dulu.... hehe... bimbang? mungkin generator mas Ayub sedang ada gangguan.
BalasHapusWah... kalau masalah agama, saya tidak terlalu memusingkan, mas. karena saya suka belajar, apa salahnya saya belajar Islam. siapa tau malah bermanfaat.
hahag...kayak petani saja nich. hehe...
BalasHapussepertinya memang begitu mas, ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran ini. semoga saja cepat hilang.
hemmmbegitu ya berarti saya salah tangkap mungkin ada alasan lain dan nanti kita bisa bahas di blog Anda...hehe...
Yang saya tangkap sejauh ini mas, mas Blogernas sedang menggunakan atau memanfaatkan? kata keyword Al Quran dan Islam untuk satu tujuan, Visitor! dan itu meningkatkan alexa rank..itu saja..walau ya mas tau juga, ada berbagai protes dari saya, karena satu alasan, dan mas Ayub tau juga apa alasan saya bukan? Yang bisa di ambil pelajarannya ya jangan di lakukan/ di contoh jika mas tak suka, atau hindari pergulatan batin dgn atas nama Quran dan Islam.Kecuali mas Ayub piawai di bidang itu dan tetap memuja islam dan Quran sbg landasan utama menuju Allah Ta'alla..
BalasHapusSalam kenal Mas Ayub, ane datang membawa silaturrahim persahabatan.
BalasHapusbaru dua postingan yang ane baca dari Kang Ayub yang semua mengarah pada Kang Erianto. Mudah-mudahan wadah blogging menjadi arena saling berbagi, menerima dan memberi dan saling belajar.
ohya, ane ijin follow ya Kang
Apa yang dilakukan Mas Ayub aku kira sudah benar, kalo suka katakan suka, kalo tak setuju ya katakan tak setuju... hatimu sudah jujur. Sebagai seorang perempuan perasaanku ingin menangis atas kejadian ini.. bagaimana tidak, yang satu guruku satunya lagi tlah kuanggap adikku, semoga ganjalan itu hilang dan mendapat jawaban... Amien...
BalasHapusMas Adit
BalasHapuswah...saya sependapat dengan itu dan saya juga sudah mengambil alasan mas yang tidak setuju. hemmm...benar sekali mas sepertinya saya harus memulai menghindar dari tema Agama seperti ini.
*mungkin mas Adit slah tangkap, yang saya kritisi di sini adalah anonim di artikel sebelum ini. kalau alasan mas Adit kemarin saya nilai sebagai cerminan dari artikel di Blogernas.
Djangan Pakies
huah...sudah dibaca semua, berarti sudah tahu pergulatan bathin yang saya rasakan...hemmm...
ya mas, saling menerima, berbagi dan komunikasi yang terkadang dilupakan.
iya nanti saya follolw back.
Bu Triz
hemm...terima kasih Ibu, sedang ada gejolak yang besar dan benar-benar bikin nafsu hilang. terima kasih sudah menganggap saya sebagai Adik. dan saya rasa harus menggali jawaban yang sedang mengganjal itu di tempat ini.
ya udah ... sebaiknya saling memaafkan sana ... hehe, mumpung masih syawal, bulan penuh ampunan ... ya sudah lah ... layaknya lagu bondan feat two black, hehehe just kidding :D
BalasHapusbener kata ibu Triz ( salam kenal bu ^^ ) mas ayub sudah benar dengan kejujuran mas
semoga keadaan akan cepat kembali normal, amin ...
saya sebenarnya juga mengganjal, tidak setuju kalo tema "itu" tujuannya hanyalah untuk meraih banyak "visitor" ... tetapi saya sangat setuju jika tujuan utamanya adalah "dakwah"
ironi memang, semua manusia memiliki apa itu hawa nafsu, dan dikaruniai akal untuk berfikir dan mengendalikan hawa nafsu
hahag...ea sedang memikirkan tektiknya yang baik dan benar. hemm...lagu siapa itu mas, wah...luar negeri ya. pasti isinya lucu tuh...hahag...
BalasHapusamin, semoga semua kembali tenang dan syaraf menulis kembali memuncak...hehe...
hemm...jadi mas Andry berpandangan seperti itu, saya paham jadinya mas. ya..ya..kalau unsur dakwahnya memang saat dibaca banyak yang benar. tapi saya tidak mengkritik ke situ lah. ampun...hahag...
ya saya juga lagi bernafsu nich mas. bernafsu mencari ide menulis yang melembek. tapi saya rasa akal saya mulai mendukung lagi...hahag...