Kenapa Tidak Ada Pemilihan Putera Indonesia?

Semuanya pasti sudah pada tahu apa yang itu Pemilihan Putri Indonesia. Yang berlabel pemilihan wanita cantik, cerdas dan santun di Indonesia. Tapi kalau Pemilihan Putera Indonesia sudah pernah dengar belum?

Pesertanya pasti cantik, tapi cewek saya jauh lebih cantik. Cerdas sudah nyata karena penguasaan wawasan yang luas. Santun? Wanita itu memang dasarnya santun. Tapi tunggu dulu! Kasus terbaru tentang Putri Indonesia kemarin bagaimana? Mungkin cuma gossip, itu kan sudah menjadi bagian dari selebritas. Tapi kalau lihat Ibunya sampai datang dan marah-marah apa mungkin itu bohong? Itulah yang terjadi pada beberapa wanita dan tidak semua.

Kita tidak usah bergosip karena saya sendiri tidak pandai menggosip. Saya akan bahas tentang Bagaimana Jadinya Kalau Ada Pemilihan Putera Indonesia. Sebagai wujud rasa penasaran kemarin saya posting Pemilihan Manusia Konyol.

Sebenarnya bebas saja mau mengadakan atau tidak Pemilihan Putera Indonesia. Buat apa juga saya meributkan hal ini. Tapi kalau saya tidak meributkan hal ini mana mungkin ada opini. Itulah pentingnya berbuat bertentangan, buat apa hidup adem ayem terus. Sekali-kali kita perlu pandangan baru yang lain dari yang lain. Asal tidak jadi tukang tipu.

Saya juga tidak mungkin kuat membuat acara ini dan tidak terbetik keinginan untuk membuatnya, buat apa? Saya bukan orang pintar yang sampai berpikir sejauh itu. Saya tidak akan membicarakan hal ini lebih dalam. Saya cuma ingin menuntaskan pikiran mengganjal. Bagaimana kriteria peserta Pemilihan Putera Indonesia?

Jelas yang ikut laki-laki yang cerdas, tampan dan santun. Dan bagusnya saya tidak masuk semua kategori itu selain tampan. Walaupun itu sedikit memaksa dengan make over foto dengan jasa Toko Adobe Photo.

Tidak terbayang kalau ada acara Mr. Universe. Tidak terbayang para laki-laki terbaik bangsa-bangsa di dunia mengenakan bikini. Ya tidak lah, pasti pakai pakaian yang keren dan elegan. Tapi saya rasa kalau kita membayangkan acara foto-foto di pantai seharusnya yang ditampilkan adalah tubuh yang sixpack seperti saya bukan twopack atau triplek seperti penulis.

Acara pemilihan seperti itu biasanya nampak anggun dan gemulai. Berbeda dengan karakter Pria yang terkesan garang dan lebih elegan. Itu juga konsep yang harus ada pada Pemilihan Putera Indonesia. Hakikatnya manusia yang baik itu beriman, takwa, tampan minimal sepeti saya, santun dan cerdas. Tapi kita juga perlu ingat kalau laki-laki juga harus garang. Jadi perlu juga menampilkan yang sangar. Kalau Putri Indonesia menari tarian daerah, laki-laki bisa menari Pogo dengan aliran musik yang keras. Mantap!

Selain itu, jelas acara seperti itu bisa jadi ajang paling gengsi-gengsian Indonesia agar punya hal yang dibanggakan di mata dunia. Its okay! Jujur saya sangat suka melihat wajah para finalis Putri Indonesia. Banyak yang cantik sampai dulu salah ngepost status facebook, “Wah…ceweknya mantap! Jadi kepingin lebih dekat.” Sudah jelas akhirnya dimarahin oleh cewek saya, “Haiu ya, sudah genit lagi! Kirain sudah tobat…hemmm…”

Kalau Pemilihan Putera Indonesia saya tidak berani atau tepatnya tidak mau berkomentar. Mungkin banyak cewek yang suka menontonnya. Lumayan buat cuci mata.

Selain itu, animo masyrakat saya kira lebih menyukai Putri Indonesia. Cowok dan cewek sama-sama suka dengan wanita, bukan berarti si perempuan pencinta sesama. Bisa dilihat kalau cewek itu suka memuji dan menilai penampilan sesama wanita. Mulai memuji baju, bedak baru, lipstick baru, pacar baru dan segala macam kepada teman-teman. Kesimpulannya mereka suka memperhatikan penampilan fisik sesama wanita, bukan berarti ini sifat yang jelek.

Berbeda dengan cowok yang tidak suka memuji sesama dalam bentuk fisiknya. Masak ada cowok bilang, “Wah…itu cowok ganteng banget ya?” Nampak asing bahkan terkesan pecinta sesama. Tapi kalau cewek bilang, “Wah…cantik banget ya. Kelihatan anggun dan dandanannya oke.” Itu terdengar biasa saja.

Itulah segelintir pikiran otak yang kalau tidak di keluarkan bisa bikin stress. Mungkin tahun depan ada acara Pemilihan Putera Indonesia. Siapa yang mau ikut? Saya jelas tidak akan ikut.